Kelompok usia lanjut rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi, dikatakan oleh dr. Siti Setiati, SpPD-KGer.
Influenza dan komplikasinya mengakibatkan 10.000-40.000 kematian pertahun di AS, 80% diantaranya terjadi pada populasi usia lanjut. Di Indonesia, penyakit sistem pernafasan merupakan penyebab kematian nomor dua (12,7%) (Surkesnas 2001).
Menurut Dr. Siti Setiati, manfaat vaksin dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu manfaat medis dan manfaat ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari berkurangnya kejadian penyulit influenza, menurunnya kejadian rawat inap karena kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran nafas. Manfaat ekonomis, ditinjau dari besarnya dana yang dapat dihemat karena vaksinasi. Menurunnya rawat jalan dan rawat inap.
Beberapa peneliti observasional menunjukkan bahwa vaksin sama efektifnya untuk usia lanjut yang tinggal di komunitas (panti) dan yang tidak berisiko medis tinggi. Respon imun yang efektif dapat ditingkatkan dalam 10 hari pasca vaksinasi pada mereka yang berisiko tinggi. Sebagian besar membentuk kadar antibodi yang protektif terhadap influenza A dan peningkatan titer terhadap influenza B.
Nichol dan timnya melakukan penelitian terhadap 1898 usia lanjut dengan penyakit paru kronik untuk melihat pengaruh imunisasi influenza terhadap frekuensi rawat jalan dan rawat inap. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa imunisasi terbukti menurunkan angka kematian. Dari segi biaya, ternyata biaya rawat inap pada kelompok yang mendapat imunisasi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapat imunisasi.
Ikematsu dan timnya (Oktober 1999) mendapatkan hasil bahwa vaksinasi influenza tidak memerlukan injeksi booster pada bulan berikutnya, karena hasilnya tidak jauh berbeda dibandingkan jika hanya satu kali imunisasi setahun.
Penelitian kohort pada imunisasi influenza menurunkan risiko perawatan karena penyakit jantung sebesar 19%, CVD sebesar 23%, pneumonia dan influenza sebesar 32%, serta menurunkan kematian karena berbagai sebab sebesar 50%.
Peneliti lain di Asia dilakukan oleh Wongsurakiat di Thaland (2004) meneliti tentang manfaaat vaksinasi influenza pada 125 orang pasien usia lanjut dengan PPOK. Pada kelompok vaksinasi, insiden ISPA yang terkain influenza adalah 6,8 per 100 orang/tahun, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 28,1 per 100 orang/tahun.
Status gizi penting diperhatikan dalam pemberian vaksin pada kelompok usia lanjut. Status gizi akan mempengaruhi respon imun yang akan mempengaruhi respon dari vaksin influenza tersebut. Suatu penelitian terhadap 23 usia lanjut yang diberikan vaksin mendapatkan bahwa pada kelompok yang tidak merespon vaksin yang diberikan memiliki parameter status gizi yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang respon terhadap vaksin.
Influenza dan komplikasinya mengakibatkan 10.000-40.000 kematian pertahun di AS, 80% diantaranya terjadi pada populasi usia lanjut. Di Indonesia, penyakit sistem pernafasan merupakan penyebab kematian nomor dua (12,7%) (Surkesnas 2001).
Menurut Dr. Siti Setiati, manfaat vaksin dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu manfaat medis dan manfaat ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari berkurangnya kejadian penyulit influenza, menurunnya kejadian rawat inap karena kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran nafas. Manfaat ekonomis, ditinjau dari besarnya dana yang dapat dihemat karena vaksinasi. Menurunnya rawat jalan dan rawat inap.
Beberapa peneliti observasional menunjukkan bahwa vaksin sama efektifnya untuk usia lanjut yang tinggal di komunitas (panti) dan yang tidak berisiko medis tinggi. Respon imun yang efektif dapat ditingkatkan dalam 10 hari pasca vaksinasi pada mereka yang berisiko tinggi. Sebagian besar membentuk kadar antibodi yang protektif terhadap influenza A dan peningkatan titer terhadap influenza B.
Nichol dan timnya melakukan penelitian terhadap 1898 usia lanjut dengan penyakit paru kronik untuk melihat pengaruh imunisasi influenza terhadap frekuensi rawat jalan dan rawat inap. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa imunisasi terbukti menurunkan angka kematian. Dari segi biaya, ternyata biaya rawat inap pada kelompok yang mendapat imunisasi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapat imunisasi.
Ikematsu dan timnya (Oktober 1999) mendapatkan hasil bahwa vaksinasi influenza tidak memerlukan injeksi booster pada bulan berikutnya, karena hasilnya tidak jauh berbeda dibandingkan jika hanya satu kali imunisasi setahun.
Penelitian kohort pada imunisasi influenza menurunkan risiko perawatan karena penyakit jantung sebesar 19%, CVD sebesar 23%, pneumonia dan influenza sebesar 32%, serta menurunkan kematian karena berbagai sebab sebesar 50%.
Peneliti lain di Asia dilakukan oleh Wongsurakiat di Thaland (2004) meneliti tentang manfaaat vaksinasi influenza pada 125 orang pasien usia lanjut dengan PPOK. Pada kelompok vaksinasi, insiden ISPA yang terkain influenza adalah 6,8 per 100 orang/tahun, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 28,1 per 100 orang/tahun.
Status gizi penting diperhatikan dalam pemberian vaksin pada kelompok usia lanjut. Status gizi akan mempengaruhi respon imun yang akan mempengaruhi respon dari vaksin influenza tersebut. Suatu penelitian terhadap 23 usia lanjut yang diberikan vaksin mendapatkan bahwa pada kelompok yang tidak merespon vaksin yang diberikan memiliki parameter status gizi yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang respon terhadap vaksin.

walah..saya pikir imunisasi untuk balita saja..he..he..thanks infonya umbultech.com
BalasHapusSama-sama. Ingat ! imunisasi saat balita bukan untuk selamanya lho.
BalasHapus