Langsung ke konten utama

Pilihan pengobatan osteopenia dan osteoporosis bagi pasien HIV

Osteoporosis pada pasien HIV terjadi dengan frekuensi yang sedikitnya tidak lebih rendah dibandingkan pada perempuan pasca mati haid, namun populasi ini tidak terdaftar dalam pedoman perawatan primer sebagai salah satu yang harus dipertimbangkan untuk skrining tulang.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Pharmacotherapy (15 April 2008) ini adalah untuk meninjau kembali data klinis tentang obat yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengobati osteopenia (penurunan kepadatan tulang) dan osteoporosis (keropos tulang yang lebih berat) pada pasien HIV.

Dilaksanakan di Kansas City University of Medicine and Biosciences, analisis retrospektif ini memanfaatkan penelitian kepustakaan dan abstrak dari konferensi besar tentang HIV antara Februari 2001 dan Oktober 2007. Artikel tambahan diperoleh dari kutipan beberapa sumber terpilih.

Informasi terkait tentang farmakologi, farmakokinetik, keamanan dan kemanjuran pengobatan yang tersedia untuk keropos tulang dengan unsur hormon dan non-hormon dipilih. Penekanan lebih besar diberikan pada uji coba klinis secara acak dibandingkan penelitian secara retrospektif.

Selain bisfosfonat misalnya alendronate, unsur lain yang dipakai untuk mengobati kelainan tulang termasuk kalsitonin, raloksifen, dan teriparatid. Sering kali unsur ini dikombinasikan dengan suplemenvitamin D dan kalsium. Hingga saat ini tiga uji coba klinis sudah mengkaji tentang pemakaian bisfofonat untuk keropos tulang pada orang yang terinfeksi HIV.

Hasil

Uji coba ini menunjukkan peningkatan kepadatan mineral tulang yang bermakna pada pasien yang memakai alendronat dibandingkan kelompok kontrol (dengan/tanpa kalsium, vitamin D, dan/atau olahraga pada salah satu atau kedua kelompok).
Pembatasan dosis merumitkan penggunaan unsur tersebut.
Perubahan pola makan, olahraga dan suplemen kalsium tetap merupakan strategi yang paling disarankan untuk mencegah atau menatalaksana keropos tulang pada orang dengan HIV.
Penggunaan hormon estrogen, testosteron, kalsitonin, dan teriparatid kurang diteliti pada pasien HIV-positif, tetapi dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu.
Ada beberapa unsur dalam uji coba yang tidak tersedia di AS, tetapi tidak cukup data yang tersedia untuk mendukung penggunaannya.

Kesimpulan

Penulis penelitian menulis, “Alendronat tampak sebagai pilihan pengobatan yang memberi harapan bagi pasien terinfeksi HIV dengan osteoporosis dan osteopenia.”

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan keamanan dan kemanjuran obat lain yang tersedia,” mereka menambahkan. “Sampai dengan tambahan informasi disediakan. Dengan pengetahuan tentang pola metabolisme ARV dan unsur pembentukan tulang, alendronat tampak sebagai unsur yang lebih disukai pada populasi ini.”

Sumber: PG Clay, LE Voss, C Williams, and EC Daume. Valid Treatment Options for Osteoporosis and Osteopenia in HIV-Infected Persons. Annals of Pharmacotherapy. April 15, 2008.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Statin dan kematian akibat serangan jantung

Pasien yang mengalami serangan jantung dan diberi obat statin. dapat menekan kematian sampai 50%, dikatakan tim peneliti dari US. Obat statin yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah terjadinya stoke dan serangan jantung pada waktu yang lama, ternyata penelitian terbaru menyimpulkan bahwa statin bersama-sama dengan aspirin dapat diberikan kepada pasien yang tiba-tiba menderita serangan jantung. Kita sudah mengetahui bahwa terapi jangka lama statin sangat bermanfaat, tetapi penelitian ini menunjukkan bukti-bukti yang lebih baik lagi dari pemberian statin yang ternyata memiliki efek   sebagai kardioprotektif, yang dapat  digunakan sebagai terapi pada serangan jantung yang terjadi secara tiba-tiba, dikatakan dokter ahli jantung Dr. Gregg Fonarow dari Universitas California, Los Angeles. Pasien yang mengalami miokard infark dirumah sakit rutin diberikan statin, hal ini untuk memudahkan administrasi dari pemberian obat di bagian emergency, fonarow menj...

ION POSITIF PENYEBAB UTAMA SINDROM GEDUNG SAKIT DAN BUKAN PENCEMARAN MIKROORGANISME

ION POSITIF PENYEBAB UTAMA SINDROM GEDUNG SAKIT DAN BUKAN PENCEMARAN MIKROORGANISME Dr. Iwan T. Budiarso , DVM, MSc, Phd, APU Hasil rangkuman Laporan seminar sehari ?Rumah Sakit dan Kesehatan Keselamatan Kerja ? dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-38 RS Persahabatan, Selasa tgl 13 Nopember 2001, yang disajikan Wartawan Kompas, sungguh sangat menarik sekali karena yang disinyalir penyebab Sindrom Gedung Sakit adalah sirkulasi ventilasi yang buruk disamping pula akibat pencemaran Polusi udara asap kendaraan bermotor dan industri, kuman, virus, jamur dan parasit Menurut hasil penelusuran dari kepustakaan peyebab utama Sindrom Gedung Sakit tidak ada hubungannya dengan pencemaran dan infeksi kuman, virus, jamur dan parasit, melainkan karena perbandingan antara jumlah ion negatif dan ion positif dalam udara yang tidak seimbang. Secara normal udara yang sehat dan segar kandungan ion negatif dan ion positif yang ideal minimal adalah dengan perbandingan 5 positif dan 4 negaitf....

Manfaat Imunisasi Influenza pada Pasien Usia Lanjut

Kelompok usia lanjut rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi, dikatakan oleh dr. Siti Setiati, SpPD-KGer. Influenza dan komplikasinya mengakibatkan 10.000-40.000 kematian pertahun di AS, 80% diantaranya terjadi pada populasi usia lanjut. Di Indonesia, penyakit sistem pernafasan merupakan penyebab kematian nomor dua (12,7%) (Surkesnas 2001). Menurut Dr. Siti Setiati, manfaat vaksin dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu manfaat medis dan manfaat ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari berkurangnya kejadian penyulit influenza, menurunnya kejadian rawat inap karena kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran nafas. Manfaat ekonomis, ditinjau dari besarnya dana yang dapat dihemat karena vaksinasi. Menurunnya rawat jalan dan rawat inap. Beberapa peneliti observasional menunjukkan bahwa vaksin sama efektifnya untuk u...