Langsung ke konten utama

Pemberian ASI dan risiko asma pada anak

Berikut ini beberapa penelitian yang mendukung positif pemberian ASI pada bayi. Tulisan ini merupakan salah satu dukungan dalam rangka Breastfeeding Week 2009.

Etiologi asma pada masa kanak-kanak belum sepenuhnya dimengerti namun beberapa faktor risiko yang pernah dilaporkan seperti jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, usia ibu yang masih muda saat hamil, ibu yang menderita asma dan orang tua yang merokok. Paparan terhadap alergen inhalasi dengan kadar tinggi, termasuk tungau pada debu rumah atau serbuk sari, selama masa kanak-kanak merupakan faktor risiko terhadap sensitisasi atopik, yang juga berhubungan kuat dengan risiko asma. Paparan dini terhadap beberapa infeksi saluran nafas dapat memberikan perlindungan terhadap atopi dan/atau asma, dimana beberapa infeksi lainnya diduga memberikan efek yang berlawanan.

ASI diketahui mempunyai banyak sekali pengaruh yang menguntungkan terhadap kesehatan. Dikarenakan etiologi asma multifaktorial, dengan predisposisi genetik, profil imunologik, dan sensitisasi alergik memegang peranan penting, maka sangatlah masuk akal bahwa pemberian ASI dapat memberikan efek perlindungan terhadap timbulnya asma dengan menurunkan sensitisasi alergik dan/atau memodulasi sistem imun bayi.
Pemberian ASI eksklusif dapat memberikan perlindungan terhadap asma dan menurunkan insidens penyakit saluran nafas bagian bawah (LRI), terutama respiratory syncytial virus (RSV).

Pemberian ASI telah diketahui dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi pada bayi, namun perlindungan terhadap penyakit saluran nafas belum diketahui dengan pasti. Berikut ini kami sampaikan beberapa studi yang telah dilakukan mengenai efek perlindungan ASI terhadap risiko asma pada anak.

1. Studi pemberian ASI dan risiko asma pada anak

Metode :
Dilakukan analisis data survei pada ibu-ibu dari 8.700 anak-anak di Leichestershire, Inggris yang berusia 1-4 tahun pada tahun 1998 dan kemudian dilakukan follow-up pada tahun 2001 dan 2003.
Pemberian ASI dinilai saat pelaksanaan kuosioner pertama dan status respiratorik anak dinilai setiap kali dilakukan survei.
Dilakukan analisis data pada 4.229 anak-anak usia 1 tahun, 5.214 anak-anak usia 3-5 tahun dan 4.071 anak-anak usia 6-8 tahun.

Hasil :
  • 42% anak-anak tidak pernah mendapatkan ASI, 28% mendapatkan ASI selama 1-3 bulan, 12% mendapatkan ASI selama 3-6 bulan, dan 18% mendapatkan ASI selama >6 bulan.
  • Pemberian ASI selama >6 bulan berhubungan dengan penurunan risiko gejala mengi pada anak usia 1 tahun, dengan odds ratio (OR) sebesar 0,65; dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mendapatkan ASI. Pada anak usia 3-5 tahun memiliki OR sebesar 0,75, dan pada anak usia 6-8 tahun, tidak terdapat penurunan risiko gejala mengi.
  • The population-attributable risk fraction dari gejala mengi terakhir yang disebabkan kurangnya pemberian ASI diperkirakan sebesar 22% dan 12% untuk gejala mengi pada usia 1 tahun dan 3-5 tahun secara berturut-turut.
  • Pada ibu dengan asma yang menyusui tidak terdapat peningkatan risiko asma pada anak mereka.
  • Tidak ada efek modifikasi yang disebabkan asma pada ibu maupun ras.
Kesimpulan :
  1. Pemberian ASI menurunkan risiko gejala mengi pada masa kanak-kanak untuk 3 tahun pertama kehidupan anak, baik terkait dengan infeksi virus maupun berbagai faktor pemicu lainnya.
  2. Studi ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat bukti adanya faktor pengganggu dalam pemberian ASI pada anak oleh ibu dengan asma.

2. Studi pengaruh infeksi saluran nafas, atopi, dan pemberian ASI terhadap asma pada masa kanak-kanak.

Tujuan : untuk menilai hubungan antara atopi dan infeksi saluran nafas dengan asma, dan juga hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan penyakit saluran nafas, atopi, dan asma pada anak-anak.

Metode :
Merupakan studi kohort terhadap 2.602 anak, yang diikuti sejak dari sebelum lahir.
Didapatkan informasi mengenai penyakit saluran nafas, metode pemberian makanan pada tahun pertama kehidupan anak (diketahui dari prospective diary card), dan asma pada usia 6 tahun (diagnosis asma ditegakkan oleh dokter dengan menemukan gejala mengi pada tahun sebelumnya atau gejala batuk tanpa influenza, dan sekarang ini sedang mengkonsumsi obat asma baik untuk pencegahan maupun penyembuhan; informasi ini dilaporkan oleh orangtua melalui kuosioner).
Keadaan atopi diketahui dari hasil skin-prick test yang positif, yang dilakukan saat anak berusia 6 tahun.

Hasil :
  • Penyakit saluran nafas bawah dengan gejala mengi pada tahun pertama kehidupan anak, terutama serangan multipel penyakit saluran nafas bawah dengan gejala mengi, meningkatkan risiko asma baik pada anak-anak yang nonatopik (OR 4,10; p = 0,0005) dan pada anak-anak yang atopik (OR 9,00; p = 0,0005), namun tidak meningkatkan risiko atopi.
  • Infeksi saluran nafas atas sebanyak = 3 kali memperlihatkan hubungan yang negatif terhadap asma dan infeksi saluran nafas atas sebanyak = 4 kali memiliki risiko positif terhadap asma pada analisis unadjusted (p=0,006) dan adjusted (p=0,057).
  • Pemberian ASI eksklusif selama <4 bulan berhubungan dengan peningkatan risiko asma (OR 1,36; 95% CI 1,00-1,85; p=0,047).
Kesimpulan :
  1. Penyakit saluran nafas bawah dengan gejala mengi pada tahun pertama kehidupan anak dan atopi berhubungan secara bebas dengan peningkatan risiko asma pada usia 6 tahun, dimana pengaruh penyakit saluran nafas bawah dengan gejala mengi dan atopi diperantarai melalui jalur kausal yang berbeda dan bahwa pengaruh kedua hal ini akan meningkat ketika keduanya bekerja secara bersamaan dalam diri masing-masing anak.
  2. Pemberian ASI eksklusif memberikan perlindungan terhadap asma melalui kedua jalur di atas dan juga melalui jalur lainnya yang belum diketahui dengan jelas.

3. Studi pemberian ASI dan asma pada balita.

Tujuan : untuk mengevaluasi hubungan antara pemberian ASI dengan asma pada balita di Kanada.

Metode :
Data awal berasal dari the National Longitudinal Survey of Children and Youth (population-based study of child health and well-being).
Melibatkan 2.184 anak-anak berusia 12-24 bulan, dimana informasi mengenai pemberian ASI dan asma dilaporkan oleh ibu anak-anak tersebut.
Penegakkan diagnosis asma oleh dokter dan terdapatnya gejala mengi pada tahun sebelumnya juga dilaporkan oleh orangtua anak-anak tersebut.
Pemberian ASI dikelompokkan berdasarkan durasi pemberian, yakni sebagai berikut : <2 bulan, 2-6 bulan, 7-9 bulan, dan >9 bulan.
Menggunakan logistic regression analyses dengan durasi pemberian ASI dichotomized at various cutoffs.
Faktor-faktor pengganggu potensial dipertimbangkan dalam melakukan adjusted analysis.
Menggunakan metode statistik yang tepat untuk pengambilan sampel.

Hasil :
  • Prevalensi asma sebesar 6,3%; dan prevalensi gejala mengi adalah 23,9%.
  • Hampir separuh anak-anak tersebut (44,0%) mendapatkan ASI <2 bulan.
  • Setelah dilakukan penyesuaian terhadap merokok, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu yang rendah, dan jenis kelamin, durasi pemberian ASI selama =9 bulan diketahui merupakan faktor risiko asma (OR 2,39; 99%CI 0,95-6,03) dan merupakan faktor risiko gejala mengi (OR 1,54; 99% CI 1,04-2,29).
  • Panjang pendeknya durasi pemberian ASI berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan risiko asma pada balita.
Kesimpulan :
  1. Durasi pemberian ASI yang lebih panjang tampaknya memberikan efek perlindungan terhadap perkembangan asma dan gejala mengi pada balita.
  2. Upaya kesehatan masyarakat yang lebih banyak perlu dikerahkan untuk meningkatkan inisiasi dan durasi pemberian ASI.
4.Studi hubungan antara pemberian ASI dengan asma pada anak usia 6 tahun.

Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara durasi pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan asma pada anak usia 6 tahun.

Metode :
Merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan di Australia barat.
Melibatkan 2187 anak-anak yang diikuti sejak pemeriksaan antenatal hingga anak-anak tersebut berusia 6 tahun.
Menggunakan unconditional logistic regression untuk memperlihatkan hubungan antara durasi pemberian ASI eksklusif dengan asma atau atopi saat anak berusia 6 tahun, dengan memperbolehkan beberapa faktor pengganggu yang penting yaitu : jenis kelamin, usia kehamilan, merokok, dan perawatan anak secara dini.

Hasil :
Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor pengganggu, pemberian susu selain ASI pada anak sebelum usia 4 bulan merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap seluruh manifestasi asma dan atopi pada anak usia 6 tahun, yaitu : diagnosis asma yang ditegakkan oleh dokter (OR 1,25; 95% CI 1,02-1,52); gejala mengi =3 kali sejak usia 1 tahun (OR 1,41; 95% CI 1,14-1,76); gejala mengi pada tahun lalu (OR 1,31; 95% CI 1,05-1,64); gangguan tidur yang terkait gejala mengi pada tahun lalu (OR 1,42; 95% CI 1,07-1,89); usia saat diagnosis asma ditegakkan oleh dokter (hazard ratio [HR] 1,22; 95% CI 1,03-1,43); usia saat pertama kali mengalami gejala mengi (HR 1,36; 95% CI 1,17-1,59); dan skin prick test yang memberikan reaksi positif terhadap setidaknya satu alergen inhalasi (HR 1,30; 95% CI 1,04-1,61).

Kesimpulan :
  1. Penurunan yang signifikan risiko asma pada masa kanak-kanak saat usia 6 tahun terjadi bila pemberian ASI eksklusif dilakukan hingga setidaknya 4 bulan setelah lahir.
  2. Intervensi kesehatan masyarakat untuk mengoptimalkan pemberian ASI dapat membantu menurunkan beban masyarakat akibat asma pada masa kanak-kanak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Statin dan kematian akibat serangan jantung

Pasien yang mengalami serangan jantung dan diberi obat statin. dapat menekan kematian sampai 50%, dikatakan tim peneliti dari US. Obat statin yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah terjadinya stoke dan serangan jantung pada waktu yang lama, ternyata penelitian terbaru menyimpulkan bahwa statin bersama-sama dengan aspirin dapat diberikan kepada pasien yang tiba-tiba menderita serangan jantung. Kita sudah mengetahui bahwa terapi jangka lama statin sangat bermanfaat, tetapi penelitian ini menunjukkan bukti-bukti yang lebih baik lagi dari pemberian statin yang ternyata memiliki efek   sebagai kardioprotektif, yang dapat  digunakan sebagai terapi pada serangan jantung yang terjadi secara tiba-tiba, dikatakan dokter ahli jantung Dr. Gregg Fonarow dari Universitas California, Los Angeles. Pasien yang mengalami miokard infark dirumah sakit rutin diberikan statin, hal ini untuk memudahkan administrasi dari pemberian obat di bagian emergency, fonarow menj...

ION POSITIF PENYEBAB UTAMA SINDROM GEDUNG SAKIT DAN BUKAN PENCEMARAN MIKROORGANISME

ION POSITIF PENYEBAB UTAMA SINDROM GEDUNG SAKIT DAN BUKAN PENCEMARAN MIKROORGANISME Dr. Iwan T. Budiarso , DVM, MSc, Phd, APU Hasil rangkuman Laporan seminar sehari ?Rumah Sakit dan Kesehatan Keselamatan Kerja ? dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-38 RS Persahabatan, Selasa tgl 13 Nopember 2001, yang disajikan Wartawan Kompas, sungguh sangat menarik sekali karena yang disinyalir penyebab Sindrom Gedung Sakit adalah sirkulasi ventilasi yang buruk disamping pula akibat pencemaran Polusi udara asap kendaraan bermotor dan industri, kuman, virus, jamur dan parasit Menurut hasil penelusuran dari kepustakaan peyebab utama Sindrom Gedung Sakit tidak ada hubungannya dengan pencemaran dan infeksi kuman, virus, jamur dan parasit, melainkan karena perbandingan antara jumlah ion negatif dan ion positif dalam udara yang tidak seimbang. Secara normal udara yang sehat dan segar kandungan ion negatif dan ion positif yang ideal minimal adalah dengan perbandingan 5 positif dan 4 negaitf....

Manfaat Imunisasi Influenza pada Pasien Usia Lanjut

Kelompok usia lanjut rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi, dikatakan oleh dr. Siti Setiati, SpPD-KGer. Influenza dan komplikasinya mengakibatkan 10.000-40.000 kematian pertahun di AS, 80% diantaranya terjadi pada populasi usia lanjut. Di Indonesia, penyakit sistem pernafasan merupakan penyebab kematian nomor dua (12,7%) (Surkesnas 2001). Menurut Dr. Siti Setiati, manfaat vaksin dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu manfaat medis dan manfaat ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari berkurangnya kejadian penyulit influenza, menurunnya kejadian rawat inap karena kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran nafas. Manfaat ekonomis, ditinjau dari besarnya dana yang dapat dihemat karena vaksinasi. Menurunnya rawat jalan dan rawat inap. Beberapa peneliti observasional menunjukkan bahwa vaksin sama efektifnya untuk u...